snows

Thursday 10 October 2013

EKSPEDISI MERAPI

14 ~ 15 September 2013



Dengan tergesa-gesa akhirnya sampai juga di stasiun Pasar Senen jam 17:58. Untung Kereta Api Ekonomi AC Bogowonto berangkat setelah pukul 18:45 jadi masih ada waktu sekitar 45 menit untuk bebenah diri. Ternyata banyak yang belum mandi, maklum jam keluar dari kantor tepat pukul 16:00 dan banyak yang nggak bisa selekasnya, dan terpaksa nunggu. Cape dechh . . . . !

Mejeng dulu di stasiun, cari tempat yang bisa ngerokok. Yacch . . . di ibukota sudah mulai susah untuk merokok di tempat-tempat umum. Sementara yang lainnya masih sibuk untuk isoma (makan nasi bungkus). Dan malam ini terasa bahwa stasiun Pasar Senen hanya milik ADC, terlihat amat sepi tak ada penumpang yang lain.


Inilah Kereta Api Ekonomi AC Bogowonto jurusan Ps. Senen - Yogyakarta. Sedikit mengenai kereta ini. Bogowonto itu sendiri adalah nama sebuah sungai yang melintasi kota Purworejo. Dengan banyaknya nama sungai yang dijadikan nama kereta (Progo, Bengawan Solo, Brantas, dll) maka PT KAI Daop V Purwokerto ingin mengoperasikan lagi sebuah kereta api ekonomi, karena kereta ini berasal dari Kutoarjo yang merupakan bagian dari Purworejo, maka tak salah bila nama sebuah sungai besar yang ada di sana dijadikan sebagai nama kereta itu. Kereta api ekonomi itu memang di-design dengan pendingin udara (AC), dengan kata lain Kereta Api Bogowonto adalah kereta api ekonomi pertama di Indonesia yang ber-AC.




Jam 4 (pagi) kurang sepuluh menit, kereta sudah sampai di Stasiun Tugu Yogyakarta. Memang sudah sesuai kesepakatan, maka dari stasiun menuju tempat menginap tidak dijemput alias ngluyur sak karepe dewe . . . Setelah berpose sejenak di ujung Utara Malioboro, maka dengan berjalan gontai di hari yang masih ufuk (maaf bahasanya terlalu puitis ..... ) jalan Sarkem itu diselusuri hingga akhirnya sampai di sebuah jalan yang cukup besar (Cokroaminoto), tetapi terlebih dahulu harus narsis diatas jembatan maupun teras rumah orang.

Jam 5 kurang sepuluh menit, sampailah ke tempat yang dituju, Tegal Mulyo. Berarti telah menyusuri kota Yogyakarta di pagi buta selam satu jam, ada yang kelaparan terpaksa mampir di warung remang-remang, ada yang jalan terus gak brenti akhirnya sampai klewat (ternyata bukan bukan kelewatan, sang pemandu belum mengenal dengan baik jalan ke arah sana) akhirnya . . . . . . . 

  
Dilihat dari wujudnya maka pastilah enak di dalamnya, so pasti . . .!! 

Berpose sejenak sebelum menempuh perjalanan panjang . . . . . !


Setelah semua istirahat, setelah semuanya sarapan, setelah semuanya mandi dan setelah semuanya segar kembali, maka tibalah waktunya untuk berkeliling kota Yogyakarta dengan sebuah mini bus dan sebuah cary. Oh lupa, ada sebuah mobil sedan untuk Bu Diah sekeluarga . . . . . !

Rute pertama yang dituju adalah Kaliurang, tempat yang jaman doeloe paling fenomenal di sekitar Yogyakarta. Jalan yang ditempuh adalah Kyai Mojo, Jalan Magelang, AM Sangaji, Ring Road diteruskan jalan Kaliurang. Jangan terlebih dahulu membayangkan Kaliurang seperti apa, lihat saja foto-foto berikut ini.



  








Seperti itulah Kaliurang pasca Erupsi Merapi tahun 2010 lalu. Geliat kehidupan yang dulu semarak mati bagai tertimbun abu. Tinggal sisa-sisa kehidupan yang tak terlalu menjanjikan. Tetapi, mungkin hal berikut ini akan dapat mampu untuk mencoba bangun kembali meskipun dalam bentuk yang lain, Wisata Erupsi Merapi.





Untuk mencapai tempat ini, jalur yang dipakai adalah jalur evakuasi ketika terjadi erupsi (sebelah timur). Kalau naiknya melewati Jalan Kaliurang maka sebelum menanjak harus berbelok ke kanan dulu melewati jembatan. Dengan demikian ekspedisi ini menjadi semakin asyik, dan terjadilah "Action On The Trail" berikut ini.












  



Rencana semula adalah, sebagian anggota juga akan ikut menggunakan jeep, tetapi karena kondisi yang tak memungkinkan (kalah bersaing dengan team lain) maka gagal berangkat.

Lumayan bisa "Action On The Jeep"
Narsis dulu ahhh .... !

Perjalanan pulang ke kota Yogyakarta terasa sekali sangat melelahkan (kok gak nyampe-nyampe) belakangan kita baru tahu kalau ternyata hari kerja di kota Yogyakarta 6 hari seminggu, jadi hari Sabtu merupakan hari kerja yang pulangnya lebih awal dari hari biasa. Efeknya adalah macet luar biasa! Diperkirakan tengah hari sudah sampai kota, ternyata perut sudah gak nahan, jadilah makan siang di luar kota (tempatnya gak tahu persis) . . . . . !


 Menunya sesuai pesanan . . . . . . !



Setelah bahan bakar perut full, maka perjalanan diteruskan menuju Kota Gedhe pusat kerajinan perak. Untuk rute perjalanan diserahkan saja kepada ahlinya (supir mini bus). Apapun itu terjadi adalah resiko (Risk Management), termasuk ketika melewati sebuah jalan kecil dan dari depan ada juga mobil yang mau lewat, terus terang gak muat, nyangsanglah numpang parkir di rumah orang sebentarrrrr  aja ... .. !




"Mana Peraknya?"
"Ada di dalam!"

Karena harga tidak sesuai dengan kantong maka sangat riskan untuk dijadikan oleh-oleh (sekali lagi Risk Management) apa dikata kalo pulang kerumah hanya membawa dua buah cincin ataupun seutas kalung mungkin juga sebentuk gelang yang terbuat dari perak. Maka akan sangat lebih baik bila akhirnya harus menuju Pusat Jajanan Oleh-oleh di kota Yogyakarta ini. Tiga sampai lima dus bakpia asli Yogyakarta itu pasti, belum ditambah oleh jenis-jenis yang lain. Dan ketika sampai di rumah dan ditanya:

"Mana oleh-olehnya?" Dijawab dengan menyorongkan seonggok bungkusan pastinya disertai dengan senyuman yang lebar.

Malam hari, apa salahnya kalo sebagai turis maka perlu pula untuk menikmati Malioboro di malam hari.








Itulah sekelumit kisah perjalanan Asal Dolan Community ke kota Gudeg Yogyakarta. Sampai jumpa lagi di trip-trip selanjutnya.














No comments:

Post a Comment